Thursday 5 July 2018

Itin Argopuro Via Baderan Bremi - Part II


Cisentor

Untuk menuju Cisentor,  kami masih harus melewati kombinasi trek yang sama dengan yang sebelumnya yaitu hutan -sabana - hutan - sabana dst ; baru kemudian kami menuruni sebuah lembah dan menyebarangi sungai untuk mencapai Cisentor.
Bang Luken mulai lelah ; entah sabana yang mana ini wkwkwk


Verbena, Kacil dan Ute
Hari sudah semakin gelap, didukung dengan mistisnya pepohonan yang mirip dalam sebuah dongeng membuat ute ingin segera berlindung dalam tenda. Pun karena saat itu, lutut ute sudah mulai terasa sakit.
Suara air mengalir menjadi pertanda bahwa Cisentor benar-benar sudah dekat. Ute disambut segerombolan babi hutan bulat-bulat yang membuat ute ingin tertawa juga berkhayal menikmati rasa kangen ute akan seseorang ah euyyyy - yha si Bo bulet-bulet xixixi 
don't lebah plis -.- .....Baiklah ute segera tepis wkwkwk
Lutung-lutung yang nangkring di pohon cemara menatap ute , heran. wkwkwk cukup! Jangan melihat ute seperti itu yes.. doakan saja ute segera build on.. not only move hahaha
Saat itu ute lebih memilih diam. Tidak banyak kalimat yang ute ucapkan. Mungkin semua karena ute sedang meredam ego ute yang ingin melanjutkan perjalanan menuju Rawa Embik sedangkan tim sepakat untuk menghentikan perjalanan di Cisentor mengingat hari sudah gelap yaitu sekitar pukul 17.30. 
Tiba di Cisentor, tim segera membangun tenda karena dingin mulai menyergap. Bukan saja udaranya yang dingin, tapi suasananya juga benar-benar dingin. Lalu Ute berinisiatif untuk membuat api unggun dengan harapan akan bisa mengusir aura dingin Cisentor yang membuat kami semua sedikit merinding.
Cisentor ; mendekat ke sumber kehangatan..
Sekitar 30 menit kemudian, Mas Rino dan Mbah Gondrong tiba di Cisentor. Alhamdulillah..... dalam hati, ute begitu bersyukur karena bukan hanya tim ute yang bermalam di Cisentor. Sebagai informasi, banyak yang menghindari Cisentor sebagai tempat camp kecuali yang terlanjur kemalaman seperti tim ute. Tim dari Malang yang lebih dulu sampai di Cisentor, memilih melanjutkan perjalanan ke Rawa Embik sebagai tempat camp. yasudahlah.. mari nikmati saja dinginnya malam di Cisentor xixixi.......
Ditemani api unggun yang terus menyala sepanjang malam, kami tertidur pulas. Kecuali Abi, (mungkin yang lain juga). Abi bercerita bahwa sekitar pukul 02.00 malam, ada yang bermain-main dengan risleting tenda kami. Hiiy.. kemudian disusul dengan cerita Ute, bermimpi ada seorang perempuan yang ingin memaksa masuk ke dalam tubuh ute. hahaha.. horrornya juara gengs! 
Pagi di Cisentor sama saja dengan dinginnya malam tanpanya (eh ngelantur hahaha) sebelum sinar matahari benar-benar bisa mencapai lembah Cisentor.
Cisentor dan saungnya yang mistis kalo menuju malam xixixi
Rawa Embik

Butuh waktu sekitar 2 jam dari Cisentor untuk sampai di Pos Rawa Embik. Jalur yang dilalui masih sama dengan jalur sebelumnya. Namun cenderung terus menanjak. Di kiri dan kanan jalur banyak didominasi oleh tanaman Bandotan juga edelweis yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan edelweis di gunung yang lain.
Bandotan di kiri dan kanan jalur. BTW itu bukan jalur menuju Rawa Embik yhaaa ..
Oh yha.. penanda Rawa Embik sudah dekat adalah plang arah panah Rawa Embik di pohon cemara ya. Paling sekitar 10-15 menit kita udah bisa sampai di Rawa Embik. Percayalah xixixi.......Semangaat!
Di Rawa Embik, terdapat tanah datar yang bisa menampung 3-4 tenda dan sumber air yang cukup jernih. Berbeda dengan Cisentor, Rawa Embik bukan sebuah lembah namun berupa padang rumput terbuka. Disana kami sempat berjemur. Karena keringat yang membasahi pakaian kami berbalik menjadi penghantar dingin yang ajib hahaha..
Oh yha.. jangan lupa untuk mengisi ulang perbekalan air di Rawa Embik ya.. soalnya sumber mata air berikutnya masih cukup jauh yaitu di Danau Taman Hidup (masih sekitar 5-6 jam). Kemarin pengalaman tim ute yang luput untuk mengisi air jadi kehausan di jalur wkwkwk.. Jangan ditiru yess!

Sabana Lonceng

Sekitar 1 jam dari Rawa Embik, Sabana Lonceng yang berupa lapangan cukup luas sudah ada dihadapan kami. Dari sini terdapat 2 persimpangan yaitu arah kiri menuju puncak Rengganis dan arah lurus menuju Puncak Argopuro dan Hyang.
Sabana Lonceng
Puncak Rengganis


Untuk mencapai summit Rengganis, kami meninggalkan keril di Sabana Lonceng. Tidak berada jauh dari Sabana Lonceng, Puncak Rengganis bisa kami capai dalam waktu sekitar 15-20 menit. Trek yang kami lalui berupa batuan namun tidak terlalu curam. Setelah berjalan sekitar 15 menit, kami seolah-olah memasuki sebuah kawasan bangunan. Namun yang nampak dihadapan kami hanya berupa batuan berpola membentuk sebuah petakan ruangan. Hal ini membuktikan bahwa sejarah tentang Rengganis bukan hanya dongeng belaka.




Puncak Argopuro dan Hyang

Setelah kami turun dari Puncak Dewi Rengganis 2980 MDPL, kami melanjutkan kembali perjalanan kami menuju Puncak Argopuro dan Hyang. Kali ini, kami harus membawa keril karena jalur yang akan kami lalui juga merupakan jalur turun via Bremi.
Butuh waktu sekitar 40 menit dari Sabana Lonceng, kami sudah sampai di Puncak tertinggi yaitu puncak Argopuro 3088 MDPL.
Puncak Argopuro
Selesai mendokumentasikan moment, kami segera melanjutkan perjalanan menuju puncak Hyang. Puncak Hyang berlokasi cukup dekat dengan puncak Argopuro. Trek yang kami lalui yaitu berupa turunan terjal berbatu. Namun dari lokasi ini, kami bisa melihat gagahnya Mahameru. Masya Allah!
Bang Luken dan Puncak Hyang
Off To Taman Hidup

Tidak berlama-lama di Puncak Hyang, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Taman Hidup - target camp area berikutnya. Waktu itu sekitar pukul 15.30 WIB sehingga kami menyadari betul bahwa kami akan bertemu dengan malam. Segera kami siapkan headlamp dan ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau.
Trek yang kami lalui berupa turunan terjal dan berakar. Saat itu, lutut ute benar-benar terasa sakit sampai berjalanpun sedikit diseret cem suster ngesot hahaha.. karena itu, ute berjalan sangat lambat sehingga tim harus menunggu ute cukup lama.
Di belakang ute ada Kacil yang mengetahui kondisi ute. Selain kacil, tim yang lain tidak ada yang tahu bahwa ute mengalami cidera di lutut. Hingga setelah 1.5 jam kami berjalan, Bang Luken menyadari ada yang salah dari ute hahahaha..

Bang Luken : kenapa te?
Ute : Lutut ute meradang sepertinya
Yai : Nih te, pake ini aja (nyodorin perban elatis)

Dari sana, ute sadar bahwa orang lain terkhusus laki-laki itu akan mengerti kondisi kita kalo kitanya bilang wakakakaka.......
Setelah dipijit dan didoain plus dibalut perban, akhirnya ute menemukan kekuatan ute kembali. Yuhuuu siap ngebut !! serasa nda punya dengkul meen
Setelah sekitar 30 menit berjalan, kacil meminta kami untuk break. Kacil menyadarkan kita bahwa tidak satupun dari kami yang sudah mengisi perut sebelumnya. Selain itu juga kami break untuk menunggu maghrib. Karena yang selalu kami percayai adalah tidak boleh melakukan pendakian ketika waktu maghrib.
Mas Rino dan Mbah Gondrong yang awalnya bersama dengan kami, memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Taman Hidup. Sehingga tinggalah kami satu tim di tengah rimba yang mulai menghitam.
Seperti biasa, ute menyalakan api untuk mengusir sepi aseek . Sedangkan yang lain memasak mie rebus tanpa kuah (persedian air kami menipis). Setelah itu kami segera mengisi perut tanpa basa-basi.
Selanjutnya, kami segera mengatur formasi mengingat kami akan melakukan trekking malam. Kacil memutuskan bahwa ute dan kacil ada di tengah. Formasi kami malam itu yaitu Bang Luken, Yai, Ute, Kacil, Abi dan Awil. Setelah memadamkan api, kami segera bergegas meninggalkan tempat itu.
Dihadapkan dengan hutan yang mulai rapat dan menggelap, ute sedikitpun tidak mengarahkan headlamp ute ke arah kiri dan kanan jalur. Fokus pada jalur pendakian!
Kecepatan kami berjalan bisa dikategorikan ngebut , dan bisa dibilang tanpa break hahaha. Yang ada dalam pikiran kami adalah bagaimana caranya bisa mencapai taman hidup dalam tempo yang sesingkat-singkatnya wakakakaka......
Hmm padahal nih ya, langit malam itu lagi cerah-cerahnya loh dengan taburan bintang. Duh tapi ya teuteup horor wkwkwk........... rasanya kami berjalan di tempat bro... jalur yang kami lalui seolah olah terus berulang dan tak berujung sampai pada akhirnya kami bertemu dengan mas rino dan mbah gondrong serta rombongan lain yang sebelumnya kami temui juga di Sabana Lonceng.
Ekspresi dari tim yang lain adalah melongo. Wakakaka melihat kami sudah ada dihadapan mereka dengan nafas yang masih terengah-engah. Tim kami disebut-sebut sebagai tim ekspress.. wkwkwk bagaimana tidak, kami berjalan membabi buta menerobos gelapnya malam di Argopuro.. wiiww.....
Setelah bertemu mereka, kami beristirahat bersama di jalur. Dan kemudian melanjutkan kembali perjalanan ke Taman Hidup yang ternyata hanya sekitar 300 meter lagi jaraknya. Alhamdulillah
Sesampainya di Taman Hidup, kami segera mendirikan tenda agar bisa beristirahat. Saat itu, ada rombongan lain yang mulai berdatangan sehingga ada sekitar 6 tenda disana. Hangat dan ramai suasana malam itu namun tidak dengan udaranya.Ute menggigil semalamaan hahaha
Suasana Taman Hidup di pagi hari cantik banget gengs... ada efek kabutnya gitu........ Selain itu juga karena mulai memasuki musim kemarau, embun di Taman Hidup berubah jadi es fufufufu pantesan dingin beut wkwkwkwk.......

embun apus di Taman Hidup
Menuju Bremi

Sedikit lebih santai dari biasanya, kami menghabiskan waktu di Taman Hidup. Kegiatan yang kami lakukan yaitu menghabiskan logistik kami. Bergabung dengan tim yang lain, akhirnya kami makan bersama dengan menu yang beragam rasanya xixixi. Ada bakwan, telur dadar, sambal paru, tuna, sambel, ikan asin, tempe goreng dan sayur sop.. hmm yummeeh


Sekitar pukul 11.00 kami baru meninggalkan Taman Hidup dan segala kenangannya.. aseek . Oh ya, saat itu, ute dengan pedenya mendeklarasikan bahwa lutut ute telah pulih. Bahkan soksokan udah gak pake perban lagi. Namun setelah itu, ute menarik ucapan ute dengan membalut lutut ute kembali dengan perban.
Benar saja, baru sekitar 45 menit berjalan, lutut ute mulai terasa sakit dan sampai pada puncaknya! ute nangis ghuysss!! hahahaha........ sakit ih aseli deh. Huhuhu bersyukur tim ute, tim yang solid dan peduli. Kuterharu hikz hikz hikz...
Ternyata usut punya usut, ute membalut lututnya kurang kenceng. Alhasil, ya gitudeh jadi cidera lagi. Namun setelah itu, alhamdulillah ute bisa melanjutkan perjalanan dengan semangat yang tersisa.
Yuhuu..... treknya terus menurun terjal. Vegetasi jalur pendakian ke arah bremi ini berbeda dengan jalur baderan yang lebih banyak didominasi cemara. Vegetasi jalur bremi lebih heterogen namun semakin dekat dengan perkampungan sudah didominasi oleh perkebunan pohon damar. Percayalah, dari perkebunan pohon damar itu masih cukup jauh hahahaha............ eh mayan lah sejaman lagi wkwkwk . Melewati perkebunan kubis yang seakan tak berujuuuuuuuuuuuuuung wkwkwk eh lebah yes!
Intinya kurang lebih 3 jam dengan kondisi lutut ute yang cidera, kami sampai di pos Bremi - di rumahnya Cak Arifin. Di sana, kalian bisa beli kaos argopuro, emblem, stiker juga makanan yang langsung dimasak oleh istrinya cak Arifin gengs..
Fyi, rumah cak Arifin ini letaknya di depan jalan yang di lewati oleh bis yang menuju Probolinggo. Dan jangan lupa ya, bisnya hanya melintas di pagi dan sore aja. Kalo pas kemarin sih, bisnya melintas sekitar pukul 15.30 . Jadi jangan sampai ketinggalan bis yaaa......
Hmm berhubung handphone dan si empunya sudah mulai lelah, maka disini kami sudah tidak berfoto-foto lagi wkwkwk.. ya intinya gitu deh..
Untuk kalian yang ingin langsung ke intinya, nih ute udah buat resume itin dan rincian biayanya yaa.. Duh sayang deh kalo nyekip Argopuro di list kalian xixixi.....

RESUME : ITIN ARGOPURO 

Kamis, 28 Juni 2018

13.17 - 20.25 Off to Surabaya (Pasar Turi - 135 K)
20.25 - 24.00 Jalan-jalan; makan; Off to Bungur Asih (9 K - 20 K)

DAY 1 - Jumat, 29 Juni 2018

00.30 - 02.30 Off to Probolinggo (25 K)
03.00 - 05.00 Off to Alun-Alun Besuki (12 K)
05.00 - 06.30 Belanja logistik (ada minimarket) (-+ 120 K)
06.30 - 07.30 Off to Pos Registrasi Baderan (naik ojek 40 K)
07.30 - 10.00 Istirahat, registrasi, makan, repacking (SIMAKSI 100 K 4D3N)
10.00 - 10.20 Off to Batas Makadam (naik ojek 40 K)
10.20 - 13.30 Off to Pos Mata Air I
13.30 - 15.00 Ishoma di Pos Mata Air I
15.00 - 17.30 Off to Pos Mata Air II
17.30 - 21.00 Camp, masak-masak
21.00 - 05.00 Istirahat

DAY 2 - Sabtu, 30 Juni 2018

05.00 - 08.30 Bangun, packing, sarapan
08.30 - 11.30 Off to Cikasur
11.30 - 14.20 Ishoma di Cikasur
14.20 - 17.30 Off to Cisentor
17.30 - 21.00 Camp , masak-masak, makan
21.00 - 05.00 Istirahat

DAY 3 - Minggu, 01 Juli 2018

05.00 - 08.30 Bangun, sarapan, packing
08.30 - 10.30 Off to Rawa Embik
10.30 - 11.30 Istirahat
11.30 - 13.00 Off to Sabana Lonceng
13.00 - 13.15 Ambil nafas, rehat sejenak, simpan keril
13.15 - 13.45 Summit ke Puncak Rengganis
13.45 - 14.00 Packing,
14.00 - 14.40 Off to Argopuro Peak (bawa keril)
14.40 - 15.00 Foto-foto
15.00 - 15.20 Off to Hyang Peak
15.20 - 15.30 Istirahat sejenak
15.30 - 17.30 Menuju Cemoro Limo
17.30 - 18.30 Istirahat, masak sambil nunggu maghrib
18.30 - 21.00 Lanjut ke Cemoro Limo - Taman Hidup
21.00 - 22.00 Camp, ngopi
22.00 - 05.00 Istirahat

DAY 4 - Senin, 02 Juli 2018

05.00 - 07.00 Bercengkrama dg Dewi Rengganis (aka santai2 di saung Taman Hidup)
07.00 - 11.00 Ngehabisin logistik :') alias masak-masak logistik yg tersisa
11.00 - 14.00 Off to Bremi
14.00 - 15.30 Istirahat di pos regist Bremi Pak Arifin
15.30 - 18.00 Off to Terminal lama Probolinggo  (17 K)
*(bisnya lewat depan rumah Pak Arifin sekitar 15.30)
18.00 - 18.30 Off to Terminal baru Probolinggo (10 K)
18.30 - 19.00 Makan
19.00 - 22.00 Off to Bungur Asih (23 K)
22.00 - 00.00 Ngopi di Bungur Asih lalu pulang (-+ 250 K - 500 K)


C u next.. byeee ✋

No comments:

Post a Comment

HATI-HATI MODUS PENIPUAN BURUNG BEO !

 Kamis, 5/7/2019, ute kena tipu sama sekomplotan penipu dengan modus BURUNG BEO GAESS ! Perasaannya campur aduk gitu sih ya. Antara gak nya...