Sekitar pukul 16.00 WIB, akhirnya semua anggota tim telah tiba di spot tenda yang dipilih oleh bang mamat. Demi menyelamatkan nasi yang berangsur menjadi dingin, ute, kak cecil dan econ dengan segera menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak. Hmm kalian tahu ini termasuk pendakian ute yang menunya paling aduhai.. yummeeh!
Econ mengeluarkan sayuran yang ada di tasnya. Bisa kalian tebak, jenis sayuran apa yang akan dimasak sore itu? SAYUR SOP!
*Fyi ya, berhubung ute aseli dari tanah sunda, nah yang ute sebut sayur sop adalah geng sayuran yang terdiri dari kol, wortel, kentang, bawang daun, seledri dan tomat.
Tidak lupa juga, econ membawa bumbu yang telah dihaluskannya dari rumah. Whooo SUGOI.. ! two thumbs up buat econ.
Peralatan masak tim kami pun termasuk yang sangat lengkap. Dengan anggota 11 orang, kami membawa 3 kompor dan 2 set nesting. Lengkap dengan pisau khusus untuk mengupas wortel dan kentang.. wkwkwk gokilkan? bagaimana tidak, di kosan ute saja tidak ada itu semua >,<
Sementara kami memasak, tim laki-laki sibuk meracik minuman hangat. Ada susu jahe, kopi hitam, susu juga teh manis. Moment berkumpul dengan teman di ketinggian seperti ini yang selalu ute rindukan :*
Jiwa-jiwa lapar mulai menunjukkan suaranya..
Kami dengan segera merampungkan segala aktivitas memasak
Dengan harapan tidak ada yang menjadi liar dan beringas :'(
Makan siang kami waktu itu disponsori oleh Garuda Air! hahaha tapi delay pemirsaah.. karena akhirnya kita makan siang di sore hari wkwkwk ute gk bayangin deh kalo sponsornya dari maskapai penerbangan lain -__-"
*Becanda ya ute.. sponsor dari garuda berupa plastik alas tempat kita makan aja wkwkwk
Kami sudah berkumpul melingkar di depan nasi yang disebar merata. Tidak lupa tempe goreng lapis tepung, ikan asin "bulu ayam" yang dibumbui kering dengan bawang dan cabe, juga sayur sop lengkap dengan bakso menemani makan kami waktu itu. Subhanallah.. nikmatnya..
Disela-sela makan, kita masih sempat-sempatnya bergurau. Hampir saja tersedak karena menahan tawa. Untuk menghindari itu semua, ute hanya menyimak saja gurauan mereka sambil sesekali tersenyum simpul agar udara dari luar tidak ikut bersama makanan yang sedang ute cerna.
Nasi dan lauk yang telah terlanjur disebar tadi ternyata tidak habis. Masih ada sekitar satu mangkuk besar campuran nasi dan lauknya. Hmm menyedihkan ya melihat makanan tersisa :'(
Tanpa mengurangi rasa kebersamaan, ute ingin merubah cara kami menyusun menu. Mau tau seperti apa? kita lihat saja di cerita hari berikutnya :D
Nasi telah menjadi campuran tidak karuan. Untuk menghormatinya, kami menguburnya dalam tanah bersama lauk yang tidak termakan serta sisa potongan sayur. Maafkan kami yang tidak bersungguh-sungguh dalam menghabiskannya. Kami dengan sadar, mengetahui bahwa untuk menghasilkan sebutir nasi diperlukan waktu yang lama serta tidak sedikit keringat para petani yang menanamnya. Semoga dapat menjadi pelajaran untuk kita semua :)
Langit biru sore itu mulai digantikan oleh senja. Kami segera membereskan peralatan yang kami gunakan untuk aktivitas mengunyah sebelum gelap mulai menyerang. Anggota tim yang muslim segera menunaikan kewajibannya untuk mendirikan sholat. Sementara yang lain mulai membersihkan diri dengan sekedar berganti pakaian seadanya.
Malam mulai menyapa kami. Masing-masing dari kami telah berada dalam tenda. Ute berada dalam satu tenda dengan Kak Cecil. Kak Cecil telah menyiapkan sleeping bag untuk membungkus tubuhnya yang mulai kedinginan. Begitupun dengan ute.
" Kakak tidur sekarang ya te"
" Wih, iya kak?" ute juga ah"
Selang beberapa menit, kak cecil tertidur pulas. Padahal waktu itu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Ute masih belum bisa memejamkan mata. Hanya berusaha untuk meluruskan pinggang yang rasanya waktu itu telah menjadi bengkok dan remuk >,<
" Ute mau pake jaket atau sweeter ?"
Tiba-tiba ada seseorang yang berbicara dengan ute di luar tenda. Dan sepertinya itu Tian karena sebelumnya dia menawarkan pakaiannya mengetahui kalau jaket yang ute bawa basah dalam perjalanan menuju alun-alun Surken.
"Sweeter aja Yan"
Dengan meminjam sweeter Tian, hawa dingin sedikit teratasi. Ah terimakasih Tian. Setidaknya ute bisa sedikit nyaman untuk beristirahat.
Hari Minggu, 23 Juli 2017
Sebetulnya, waktu itu ute hanya "tidur ayam" atau tidak sepenuhnya tertidur. Entah pukul berapa namun menurut kak cecil sih waktu itu sekitar pukul 24.00 WIB, ada 2 orang yang memanggil nama salah satu dari tim kami.
"Coon.."
Bang Mamat menyahuti lalu mengarahkan senter ke asal suara.
"Woy il.. "
Teman ute, Ismail dan Mas Den akhirnya tiba di alun-alun Surken sekitar pukul dua belas malam. Ute yang belum sepenuhnya tidur hanya bersyukur akhirnya tim kami lengkap dalam keadaan sehat walafiat. Alhamdulillah.
Sebelumnya, kami memasang fly sheet diantara tenda kak cecil dan econ. "Ruangan" tersebut kami fungsikan sebagai "dapur umum". Dan kalian tahu tidak? pada saat ute bangun sekitar pukul 05.00 WIB, ute kaget. Whoo ada tikus di gunung! Panci dan wajan berserakan dimana-mana, beberapa bahan makanan pun raib -__-
Hmm.. ternyata benar ada tikus-tikus malam wkwkwkwk.. (itu kata kak cecil >,<)
Fly sheet yang dipasang begitu rendah sehingga ketika ute duduk pun, kepala ute masih menyentuh "atap" fly sheet. Atap dapur kami basah hasil dari serangan hawa dingin tadi malam. Matras dalam kondisi basah pun tidak ketinggalan hadir sebagai saksi bisu. Untung saja pada saat sebelum tidur, kak cecil membungkus sepatu kami dengan trash bag.
"Ute.. minta yg hangat-hangaat doong" (waktu itu Tian sudah terbangun)
"Sebentar, beres-beres dulu. Lihat! ada tikus-tikus malam.. wkwkwk"
" Hahaha iya, itu sisa-sisa tadi malam menyambut kedatangan Mail dan Mas Den" seru Tian
Ute masih sibuk membereskan dapur. Sementara itu, ute juga masih sempat-sempatnya meledek Econ yang katanya berencana untuk summit attack pada pukul 04.00 WIB.
"Ecooon.. bangun! katanya mau summit? udah jam 04.00 nih?" (waktu itu pukul 05.30)
" hhhhhhh...zzzzzzz" hanya itu yang terdengar dari dalam tenda.
Ah dasar kalian! bikin gemash saja. Ah iya.. Tian sudah menyerahkan cangkirnya. Sementara ute masih belum berniat merebus air. Kasihan :'( untung saja Opik dan yang lain mulai terbangun dari tidurnya. Lalu Opik berinisiatif untuk merebus air.
"Te, tolong bukain tutup dandangnya" Sahut Opik
"Buat apa?" Ute menimpali sambil membuka tutup dandang yang berisi nasi tersebut
"Gk apa-apa, mumpung bisa nyuruh aja"
"-___-" Heu.. Opiiik!
Nasi sudah matang. Namun lucunya, air yang tadi dimasak belum juga mendidih. Hahaha entah kenapa. Mungkin saking dinginnya ya.. "hayoo lupa pelajaran fisikanya" -__-"
Kak Cecil sudah bangun! Yeay! akhirnya sang koki bangun.
"ini tempenya mau diapain?"
"ah kak, dibuat orek aja kak, ute bawa kecap!" ute menimpali dengan semangat. Membayangkan bisa makan orek tempe di ketinggian :D
Tanpa mengeluarkan tubuhnya dari tenda, kak cecil mulai memotong tempe untuk diolah menjadi orek tempe. Sementara itu, ute memotong wortel dan menyisir jagung untuk dijadikan bakwan. Opik masih saja meminta ute untuk membuka tutup dandang -__- . Ternyata tujuannya adalah untuk mendapatkan uap panas. Namun sayangnya, ute sudah jera wkwkwk..!
Alas makan kami yang disponsori oleh garuda sudah siap. Ute membawa nasi beserta mangkok kecil sebagai cetakan nasi. Ute hanya tidak ingin membuang makanan seperti sebelumnya. Setidaknya dengan "dijatah" seperti ini, orang-orang bisa bertanggung jawab terhadap makanannya sendiri. Sungguh ini bukan bermaksud mengurangi kebersamaan kami makan. Karena ternyata ada yang lebih krusial dibanding kebersamaan itu sendiri. Toh kami makan masih dengan alas yang sama dan bersama-sama :)
Menu sarapan kami lebih lengkap dibandingkan dengan menu yang sebelumnya. Tepat dihadapan kami ada nasi yang dicetak mangkuk, sosis goreng, tumis kangkung, ikan asin yang dibumbui bawang goreng kering, bakwan jagung, orek tempe juga ikan goreng! wohoooo
"Wiih ini sih, naik gunung untuk perbaikan gizi" Bang Mamat berkomentar
"Hahaha iya, gue di bawah malah makan sama indomie" hampir semua dari kami mengamini kalimat ini :')
Orang yang pertama selesai menghabiskan "jatahnya" adalah Bang Yandra
"Te, nih gue udah bertanggungjawab menghabiskan makanan gue"
"Wih, sip bang!" Ayo, yang lain juga habiskan!
" Gue juga udah nih" sahut Bang Mamat dan Tian
Dari semua itu, hanya tersisa satu jatah nasi karena bang Luken sepertinya sedang tidak ingin sarapan. Akhirnya nasi beserta lauknya yang masih utuh dimasukkan kedalam wadah yang nantinya menjadi bekal untuk tim Pangrango. Ah syukurlah.. setidaknya dengan begini, tidak ada makanan yang terbuang sia-sia. Alhamdulillah...
Waktu itu kami menyantap sarapan sekitar pukul 09.00 WIB. Sedangkan sebelumnya kami berencana untuk mulai summit attack pada pukul 10.00 sehingga kami harus bersiap-siap. Satu persatu dari kami mulai membereskan dapur dan dengan bersedih hati harus membongkar dapur umum kami. Lalu tenda-tenda pun dikemas dan dimasukkan kedalam keril si keong (Read: bawa rumahnya sendiri :D). Tidak lupa juga, ritual untuk mengubur sisa makanan dan sampah organik tetap dilakukan. Bang mamat menggali lubang sedalam 20 cm untuk mengubur sampah organik yang kami hasilkan.
Nah, kalian juga jangan lupa mengubur sampah organik kalian ya kalau lagi main ke gunung. Selain tidak perlu membawa ke bawah juga supaya lebih cepat terurai. Untuk sampah anorganik seperti plastik kalian WAJIB membawanya turun! oke oke.. suka sedih ih rasanya melihat sampah berserakan dimana-mana. Hiks :'(
Selagi kami berkemas, ada yang menyapa kami
"kak, masih ada sisa gas?"
"oh ada kak, ini ini.." bang mamat dengan senang hati memberikan sisa gas logistik kami
"Wah terimakasih kak, semoga selamat sampai tujuan ya kak"
"Iya.. sama-sama.. terimakasih doanya" kami menimpali
Sebelumnya juga, ada yang meminta barter beras dengan sarden
"kak, ada sisa beras? boleh kami barter dengan sarden?" seorang laki-laki dengan perawakan tinggi besar mengunjungi dapur kami
" oh ada kak, sebentar. tadi dimana ya?"
"Disimpan dimana te? duh ute lupa. ah ini dia. Ini kak..."
"Ini sardennya kak.." laki-laki tersebut seperti sungkan menerima beras yang sebetulnya tinggal segenggam itu
"Oh ndak usah kak.. silakan silakan"
"Wah terimakasih banyak ya kakak-kakak"
"Iya, sama-sama..."
Hmm.. barakallah. Bahagia sekali rasanya. Stok logistik kami yang boleh dibilang berlebih juga dapat dinikmati oleh tim lain. Berbagi itu sangat indah ya kawan?!
Pukul 10.11 WIB kami memulai perjalanan kami untuk mencapai puncak Gede 2958 mdpl. Pada saat ini kami sudah terbagi kedalam 2 tim. Yaitu tim Pangrango dan tim pulang. Tim Pangrango ada bang mamat, tian, econ, bang yandra, bang luken, dan opik yang nantinya akan melanjutkan perjalanannya menuju puncak Pangrango. Sedangkan tim pulang ada Kak cecil, ute, mail, kiki dan Mas Den yang langsung akan turun setelah mencapai puncak Gede (Be Cont'd)
Malam mulai menyapa kami. Masing-masing dari kami telah berada dalam tenda. Ute berada dalam satu tenda dengan Kak Cecil. Kak Cecil telah menyiapkan sleeping bag untuk membungkus tubuhnya yang mulai kedinginan. Begitupun dengan ute.
" Kakak tidur sekarang ya te"
" Wih, iya kak?" ute juga ah"
Selang beberapa menit, kak cecil tertidur pulas. Padahal waktu itu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Ute masih belum bisa memejamkan mata. Hanya berusaha untuk meluruskan pinggang yang rasanya waktu itu telah menjadi bengkok dan remuk >,<
" Ute mau pake jaket atau sweeter ?"
Tiba-tiba ada seseorang yang berbicara dengan ute di luar tenda. Dan sepertinya itu Tian karena sebelumnya dia menawarkan pakaiannya mengetahui kalau jaket yang ute bawa basah dalam perjalanan menuju alun-alun Surken.
"Sweeter aja Yan"
Dengan meminjam sweeter Tian, hawa dingin sedikit teratasi. Ah terimakasih Tian. Setidaknya ute bisa sedikit nyaman untuk beristirahat.
Hari Minggu, 23 Juli 2017
Sebetulnya, waktu itu ute hanya "tidur ayam" atau tidak sepenuhnya tertidur. Entah pukul berapa namun menurut kak cecil sih waktu itu sekitar pukul 24.00 WIB, ada 2 orang yang memanggil nama salah satu dari tim kami.
"Coon.."
Bang Mamat menyahuti lalu mengarahkan senter ke asal suara.
"Woy il.. "
Teman ute, Ismail dan Mas Den akhirnya tiba di alun-alun Surken sekitar pukul dua belas malam. Ute yang belum sepenuhnya tidur hanya bersyukur akhirnya tim kami lengkap dalam keadaan sehat walafiat. Alhamdulillah.
Sebelumnya, kami memasang fly sheet diantara tenda kak cecil dan econ. "Ruangan" tersebut kami fungsikan sebagai "dapur umum". Dan kalian tahu tidak? pada saat ute bangun sekitar pukul 05.00 WIB, ute kaget. Whoo ada tikus di gunung! Panci dan wajan berserakan dimana-mana, beberapa bahan makanan pun raib -__-
Hmm.. ternyata benar ada tikus-tikus malam wkwkwkwk.. (itu kata kak cecil >,<)
Fly sheet yang dipasang begitu rendah sehingga ketika ute duduk pun, kepala ute masih menyentuh "atap" fly sheet. Atap dapur kami basah hasil dari serangan hawa dingin tadi malam. Matras dalam kondisi basah pun tidak ketinggalan hadir sebagai saksi bisu. Untung saja pada saat sebelum tidur, kak cecil membungkus sepatu kami dengan trash bag.
"Ute.. minta yg hangat-hangaat doong" (waktu itu Tian sudah terbangun)
"Sebentar, beres-beres dulu. Lihat! ada tikus-tikus malam.. wkwkwk"
" Hahaha iya, itu sisa-sisa tadi malam menyambut kedatangan Mail dan Mas Den" seru Tian
Ute masih sibuk membereskan dapur. Sementara itu, ute juga masih sempat-sempatnya meledek Econ yang katanya berencana untuk summit attack pada pukul 04.00 WIB.
"Ecooon.. bangun! katanya mau summit? udah jam 04.00 nih?" (waktu itu pukul 05.30)
" hhhhhhh...zzzzzzz" hanya itu yang terdengar dari dalam tenda.
Ah dasar kalian! bikin gemash saja. Ah iya.. Tian sudah menyerahkan cangkirnya. Sementara ute masih belum berniat merebus air. Kasihan :'( untung saja Opik dan yang lain mulai terbangun dari tidurnya. Lalu Opik berinisiatif untuk merebus air.
"Te, tolong bukain tutup dandangnya" Sahut Opik
"Buat apa?" Ute menimpali sambil membuka tutup dandang yang berisi nasi tersebut
"Gk apa-apa, mumpung bisa nyuruh aja"
"-___-" Heu.. Opiiik!
Nasi sudah matang. Namun lucunya, air yang tadi dimasak belum juga mendidih. Hahaha entah kenapa. Mungkin saking dinginnya ya.. "hayoo lupa pelajaran fisikanya" -__-"
Kak Cecil sudah bangun! Yeay! akhirnya sang koki bangun.
"ini tempenya mau diapain?"
"ah kak, dibuat orek aja kak, ute bawa kecap!" ute menimpali dengan semangat. Membayangkan bisa makan orek tempe di ketinggian :D
Tanpa mengeluarkan tubuhnya dari tenda, kak cecil mulai memotong tempe untuk diolah menjadi orek tempe. Sementara itu, ute memotong wortel dan menyisir jagung untuk dijadikan bakwan. Opik masih saja meminta ute untuk membuka tutup dandang -__- . Ternyata tujuannya adalah untuk mendapatkan uap panas. Namun sayangnya, ute sudah jera wkwkwk..!
Alas makan kami yang disponsori oleh garuda sudah siap. Ute membawa nasi beserta mangkok kecil sebagai cetakan nasi. Ute hanya tidak ingin membuang makanan seperti sebelumnya. Setidaknya dengan "dijatah" seperti ini, orang-orang bisa bertanggung jawab terhadap makanannya sendiri. Sungguh ini bukan bermaksud mengurangi kebersamaan kami makan. Karena ternyata ada yang lebih krusial dibanding kebersamaan itu sendiri. Toh kami makan masih dengan alas yang sama dan bersama-sama :)
"Wiih ini sih, naik gunung untuk perbaikan gizi" Bang Mamat berkomentar
"Hahaha iya, gue di bawah malah makan sama indomie" hampir semua dari kami mengamini kalimat ini :')
Orang yang pertama selesai menghabiskan "jatahnya" adalah Bang Yandra
"Te, nih gue udah bertanggungjawab menghabiskan makanan gue"
"Wih, sip bang!" Ayo, yang lain juga habiskan!
" Gue juga udah nih" sahut Bang Mamat dan Tian
Dari semua itu, hanya tersisa satu jatah nasi karena bang Luken sepertinya sedang tidak ingin sarapan. Akhirnya nasi beserta lauknya yang masih utuh dimasukkan kedalam wadah yang nantinya menjadi bekal untuk tim Pangrango. Ah syukurlah.. setidaknya dengan begini, tidak ada makanan yang terbuang sia-sia. Alhamdulillah...
Waktu itu kami menyantap sarapan sekitar pukul 09.00 WIB. Sedangkan sebelumnya kami berencana untuk mulai summit attack pada pukul 10.00 sehingga kami harus bersiap-siap. Satu persatu dari kami mulai membereskan dapur dan dengan bersedih hati harus membongkar dapur umum kami. Lalu tenda-tenda pun dikemas dan dimasukkan kedalam keril si keong (Read: bawa rumahnya sendiri :D). Tidak lupa juga, ritual untuk mengubur sisa makanan dan sampah organik tetap dilakukan. Bang mamat menggali lubang sedalam 20 cm untuk mengubur sampah organik yang kami hasilkan.
Selagi kami berkemas, ada yang menyapa kami
"kak, masih ada sisa gas?"
"oh ada kak, ini ini.." bang mamat dengan senang hati memberikan sisa gas logistik kami
"Wah terimakasih kak, semoga selamat sampai tujuan ya kak"
"Iya.. sama-sama.. terimakasih doanya" kami menimpali
Sebelumnya juga, ada yang meminta barter beras dengan sarden
"kak, ada sisa beras? boleh kami barter dengan sarden?" seorang laki-laki dengan perawakan tinggi besar mengunjungi dapur kami
" oh ada kak, sebentar. tadi dimana ya?"
"Disimpan dimana te? duh ute lupa. ah ini dia. Ini kak..."
"Ini sardennya kak.." laki-laki tersebut seperti sungkan menerima beras yang sebetulnya tinggal segenggam itu
"Oh ndak usah kak.. silakan silakan"
"Wah terimakasih banyak ya kakak-kakak"
"Iya, sama-sama..."
Hmm.. barakallah. Bahagia sekali rasanya. Stok logistik kami yang boleh dibilang berlebih juga dapat dinikmati oleh tim lain. Berbagi itu sangat indah ya kawan?!
Pukul 10.11 WIB kami memulai perjalanan kami untuk mencapai puncak Gede 2958 mdpl. Pada saat ini kami sudah terbagi kedalam 2 tim. Yaitu tim Pangrango dan tim pulang. Tim Pangrango ada bang mamat, tian, econ, bang yandra, bang luken, dan opik yang nantinya akan melanjutkan perjalanannya menuju puncak Pangrango. Sedangkan tim pulang ada Kak cecil, ute, mail, kiki dan Mas Den yang langsung akan turun setelah mencapai puncak Gede (Be Cont'd)
No comments:
Post a Comment