Hari Sabtu, 22 Juli 2017
Basecamp tempat kami menginap berada tidak jauh dari pos awal pendakian Putri. Di tempat tersebut, kami mengemas ulang barang bawaan di keril masing-masing. Dengan tujuan untuk membagi beban untuk membawa logistik tim seperti gas, beras, mie, sayuran dll. Setelah itu, kak Cecil selaku ketua tim memberi informasi mengenai rencana pendakian yang akan dilakukan. Lalu kami beristirahat untuk menyiapkan stamina di pagi hari.
Suhu udara waktu itu begitu dingin. Sangat sulit untuk memejamkan mata. Kaos kaki sudah terpasang. Begitu pun dengan tangan sudah terbungkus sarung tangan. Namun tetap saja hawa dingin masih menembus tulang. Entah menit ke berapa akhirnya ute tertidur.
Sekitar pukul 04.00 WIB ute terbangun. Lalu duduk bersila dengan harapan bisa menahan dinginnya udara pagi itu. Waktu itu, bang Luken dan Opik tidak berada di ruangan, ternyata mereka berdua sedang menikmati segelas teh hangat dan menunggu sepiring nasi dengan telur dadar. Pada saat itu, ute belum mengetahui bahwa mereka bersaudara.. S.A.L.U.T.E! satu kata untuk bang Luken dan Opik. Mereka sangat kompak dan begitu "manis" bagi siapapun yang melihatnya hihi..
Oh iya.. kalian tahu tidak.. ternyata hampir semua yang sarapan di base camp mendapatkan telur dadar dengan rasa yang sama. ASIN! hahaha.. Namun hebatnya, tidak ada satupun yang mengeluh atau mengomentari telur dadar asin tersebut demi menghormati si penjual.. Pelajaran yg sangat berharga ya kawan!
Matahari mulai terbit. Satu per satu dari tim ute akhirnya terbangun. Hawa dingin tetap setia menemani pagi kami di basecamp. Di antara mereka ada yang sibuk membersihkan diri, sholat, sarapan atau sekedar bercanda gurau dengan tim lain.
Sekitar pukul 07.00 WIB kami berkumpul di depan basecamp untuk bersiap-siap melakukan pendakian. Dengan arahan dari ketua tim, kami berdoa untuk pendakian kali ini.
Oh iya, saat ini kami ditemani oleh Bang Kampak. Beliau adalah "green ranger" nya para pendaki. Perlu kalian ketahui bahwa Bang Kampak tidak suka berubah...whehehe.. Berkat perantara beliau, kami bisa mendaki gn. Gede ^^
Kami berjalan menuju pos awal pendakian. Tepatnya pos pendaftaran untuk menunjukkan SIMAKSI (surat izin memasuki kawasan konservasi). Pada pos ini diberitahukan himbauan dan larangan selama kita mendaki agar kawasan Gn. Gede tetap terjaga.
Saat kami tiba di pos pendaftaran, ada grup lain yang masih di "briefing" oleh panitia. Kami hanya duduk sambil mendengarkan dan sesekali mengatur nafas. Maklum.. dari basecamp ke pos pendaftaran, kami sudah disuguhi jalan yang terus menanjak. Pemanasan ceritanya hahaha...
Lalu, tibalah giliran kami untuk mendengarkan segala wejangan dari panitia. Kami bersiap untuk berbaris. Namun ternyata kami hanya dipersilakan untuk memulai pendakian. Kami saling menatap heran... >,< whooooo SUGOI! efek Bang Kampak ada di samping kami...wkwkwk
Waktu itu menunjukkan pukul 07.19 WIB. Kami mulai melangkahkan kaki kami di jalur pendakian. Di kiri dan kanan jalur pendakian nampak tanaman sayur seperti daun bawang, labu siam dan kubis (sekitar 1 km pertama dari pos pendaftaran). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, kami mulai memasuki hutan dimana tanaman mulai digantikan oleh pepohonan dan semak.
Udara segar memanjakan kami yang mulai "kewalahan" mengatur nafas. Ah.. ute hanya bersyukur saat itu. Lebih baik nafas tersengal karena tanjakan di jalur pendakian dibandingkan dengan asap knalpot di jalanan Ibu Kota.
Perjalanan untuk menuju Alun-alun Surya Kencana memakan waktu kurang lebih 8 jam. Dengan catatan dalam tim ute ada yang jalannya mirip keong :') (read: me). hahaha gpp lah yaa.. yang penting terus melangkah.. aseek!
Sepanjang jalur pendakian, jarang sekali ditemukan BONUS!! whoooo nanjak terus gan! Sekitar pukul 14.00 kita berada di pos Simpang Maleber. Butuh waktu sekitar 30 menit dari pos tersebut untuk menginjakkan kaki di Alun-alun Surya Kencana. Jalur pendakian mulai landai. Di kiri dan kanan jalur dihiasi dengan pepohonan yang dipenuhi lumut. Hihihi cantik pokoknya.....
Oh iya, sebelum kita sampai di pos Simpang Maleber, ada satu moment yang baru pertama ute lihat dengan jelas. Kabut mulai terlihat naik seolah-olah mengejar para pendaki yang sedang merayap-rayap di jalur pendakian yang terjal. Ute waktu itu bersama Tian dan Kiki. Hanya melongo melihat peristiwa alam tersebut. Sedangkan para senior segera menginstruksikan kami untuk segera bergegas. Hahaha Lol ketauan kan mana pendaki pro dan newbie.. jadi malu...
Sebagai informasi, peristiwa kabut yang naik ke permukaan bisa menurunkan suhu lingkungan secara drastis. Jadi sangat disarankan untuk segera bergegas menuju tempat yang lebih tinggi. Dan biasanya juga disertai dengan "hujan kabut" yaitu peristiwa turunnya air hujan dari kabut yang naik tadi (hujannya seperti terjatuh dari atas pohon). Jika dirasa tidak terlalu deras, kalian tidak perlu memakai raincoat.
Sekitar pukul 15.00 WIB akhirnya kami sampai di Alun-alun Surya Kencana. Pada waktu itu, orang yang pertama ute temui adalah Econ. Econ ternyata sengaja menunggu kami supaya tidak tersesat mencari tenda yang sudah didirikan oleh Bang Mamat. Whooo.. fyi nih bang Mamat adalah seorang pendaki yang sepatunya sudah dilengkapi dengan pengaturan kecepatan wkwkwkwk.. Bang Mamat sudah berada di Alun-alun dari pukul 13.30 WIB! GOKIL!
"Yuk, jalan lagi. kita menuju tenda"
"Kira-kira berapa lama bang?"
"Yaa.. sekitar 40 menitan lah"
Whooo... jauh juga yaa.. Bagaimana tidak jauh..luas alun-alun surya kencana bisa disandingkan dengan 3 kali luasnya lapangan sepak bola! Terhampar luas dengan bunga edelweiss yang bergerumun dimana-mana. Indah! Subhanallah :')
Kami mendirikan tenda dekat dengan aliran air yang saat itu kering tapi cukup dekat dengan sumber air utama. Nampak di depan tenda, jerigen yang sudah terisi penuh dan nasi hangat di dandang. Hal yang membuktikan bahwa bang Mamat benar-benar telah sampai di tempat ini jauh-jauh sebelum kami datang hahaha......
Oh iya.. kalian tahu tidak.. ternyata hampir semua yang sarapan di base camp mendapatkan telur dadar dengan rasa yang sama. ASIN! hahaha.. Namun hebatnya, tidak ada satupun yang mengeluh atau mengomentari telur dadar asin tersebut demi menghormati si penjual.. Pelajaran yg sangat berharga ya kawan!
Matahari mulai terbit. Satu per satu dari tim ute akhirnya terbangun. Hawa dingin tetap setia menemani pagi kami di basecamp. Di antara mereka ada yang sibuk membersihkan diri, sholat, sarapan atau sekedar bercanda gurau dengan tim lain.
Sekitar pukul 07.00 WIB kami berkumpul di depan basecamp untuk bersiap-siap melakukan pendakian. Dengan arahan dari ketua tim, kami berdoa untuk pendakian kali ini.
Oh iya, saat ini kami ditemani oleh Bang Kampak. Beliau adalah "green ranger" nya para pendaki. Perlu kalian ketahui bahwa Bang Kampak tidak suka berubah...whehehe.. Berkat perantara beliau, kami bisa mendaki gn. Gede ^^
Kami berjalan menuju pos awal pendakian. Tepatnya pos pendaftaran untuk menunjukkan SIMAKSI (surat izin memasuki kawasan konservasi). Pada pos ini diberitahukan himbauan dan larangan selama kita mendaki agar kawasan Gn. Gede tetap terjaga.
Saat kami tiba di pos pendaftaran, ada grup lain yang masih di "briefing" oleh panitia. Kami hanya duduk sambil mendengarkan dan sesekali mengatur nafas. Maklum.. dari basecamp ke pos pendaftaran, kami sudah disuguhi jalan yang terus menanjak. Pemanasan ceritanya hahaha...
Lalu, tibalah giliran kami untuk mendengarkan segala wejangan dari panitia. Kami bersiap untuk berbaris. Namun ternyata kami hanya dipersilakan untuk memulai pendakian. Kami saling menatap heran... >,< whooooo SUGOI! efek Bang Kampak ada di samping kami...wkwkwk
Waktu itu menunjukkan pukul 07.19 WIB. Kami mulai melangkahkan kaki kami di jalur pendakian. Di kiri dan kanan jalur pendakian nampak tanaman sayur seperti daun bawang, labu siam dan kubis (sekitar 1 km pertama dari pos pendaftaran). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, kami mulai memasuki hutan dimana tanaman mulai digantikan oleh pepohonan dan semak.
Udara segar memanjakan kami yang mulai "kewalahan" mengatur nafas. Ah.. ute hanya bersyukur saat itu. Lebih baik nafas tersengal karena tanjakan di jalur pendakian dibandingkan dengan asap knalpot di jalanan Ibu Kota.
Sepanjang jalur pendakian, jarang sekali ditemukan BONUS!! whoooo nanjak terus gan! Sekitar pukul 14.00 kita berada di pos Simpang Maleber. Butuh waktu sekitar 30 menit dari pos tersebut untuk menginjakkan kaki di Alun-alun Surya Kencana. Jalur pendakian mulai landai. Di kiri dan kanan jalur dihiasi dengan pepohonan yang dipenuhi lumut. Hihihi cantik pokoknya.....
Oh iya, sebelum kita sampai di pos Simpang Maleber, ada satu moment yang baru pertama ute lihat dengan jelas. Kabut mulai terlihat naik seolah-olah mengejar para pendaki yang sedang merayap-rayap di jalur pendakian yang terjal. Ute waktu itu bersama Tian dan Kiki. Hanya melongo melihat peristiwa alam tersebut. Sedangkan para senior segera menginstruksikan kami untuk segera bergegas. Hahaha Lol ketauan kan mana pendaki pro dan newbie.. jadi malu...
Sebagai informasi, peristiwa kabut yang naik ke permukaan bisa menurunkan suhu lingkungan secara drastis. Jadi sangat disarankan untuk segera bergegas menuju tempat yang lebih tinggi. Dan biasanya juga disertai dengan "hujan kabut" yaitu peristiwa turunnya air hujan dari kabut yang naik tadi (hujannya seperti terjatuh dari atas pohon). Jika dirasa tidak terlalu deras, kalian tidak perlu memakai raincoat.
Sekitar pukul 15.00 WIB akhirnya kami sampai di Alun-alun Surya Kencana. Pada waktu itu, orang yang pertama ute temui adalah Econ. Econ ternyata sengaja menunggu kami supaya tidak tersesat mencari tenda yang sudah didirikan oleh Bang Mamat. Whooo.. fyi nih bang Mamat adalah seorang pendaki yang sepatunya sudah dilengkapi dengan pengaturan kecepatan wkwkwkwk.. Bang Mamat sudah berada di Alun-alun dari pukul 13.30 WIB! GOKIL!
"Yuk, jalan lagi. kita menuju tenda"
"Kira-kira berapa lama bang?"
"Yaa.. sekitar 40 menitan lah"
Whooo... jauh juga yaa.. Bagaimana tidak jauh..luas alun-alun surya kencana bisa disandingkan dengan 3 kali luasnya lapangan sepak bola! Terhampar luas dengan bunga edelweiss yang bergerumun dimana-mana. Indah! Subhanallah :')
Kami mendirikan tenda dekat dengan aliran air yang saat itu kering tapi cukup dekat dengan sumber air utama. Nampak di depan tenda, jerigen yang sudah terisi penuh dan nasi hangat di dandang. Hal yang membuktikan bahwa bang Mamat benar-benar telah sampai di tempat ini jauh-jauh sebelum kami datang hahaha......
Bang boleh minta nomor bang kampak kampak gak ,???
ReplyDelete