Monday, 31 July 2017

Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Gede Pangrango Via Putri (Part 3)

Hari Sabtu, 22 Juli 2017


Sekitar pukul 16.00 WIB, akhirnya semua anggota tim telah tiba di spot tenda yang dipilih oleh bang mamat. Demi menyelamatkan nasi yang berangsur menjadi dingin, ute, kak cecil dan econ dengan segera menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak. Hmm kalian tahu ini termasuk pendakian ute yang menunya paling aduhai.. yummeeh!

Econ mengeluarkan sayuran yang ada di tasnya. Bisa kalian tebak, jenis sayuran apa yang akan dimasak sore itu? SAYUR SOP! 
*Fyi ya, berhubung ute aseli dari tanah sunda, nah yang ute sebut sayur sop adalah geng sayuran yang terdiri dari kol, wortel, kentang, bawang daun, seledri dan tomat. 
Tidak lupa juga, econ membawa bumbu yang telah dihaluskannya dari rumah. Whooo SUGOI.. ! two thumbs up buat econ.

Peralatan masak tim kami pun termasuk yang sangat lengkap. Dengan anggota 11 orang, kami membawa 3 kompor dan 2 set nesting. Lengkap dengan pisau khusus untuk mengupas wortel dan kentang.. wkwkwk gokilkan? bagaimana tidak, di kosan ute saja tidak ada itu semua >,<

Sementara kami memasak, tim laki-laki sibuk meracik minuman hangat. Ada susu jahe, kopi hitam, susu juga teh manis. Moment berkumpul dengan teman di ketinggian seperti ini yang selalu ute rindukan :* 

Jiwa-jiwa lapar mulai menunjukkan suaranya..
Kami dengan segera merampungkan segala aktivitas memasak
Dengan harapan tidak ada yang menjadi liar dan beringas :'(

Makan siang kami waktu itu disponsori oleh Garuda Air! hahaha tapi delay pemirsaah.. karena akhirnya kita makan siang di sore hari wkwkwk ute gk bayangin deh kalo sponsornya dari maskapai penerbangan lain -__-"
*Becanda ya ute.. sponsor dari garuda berupa plastik alas tempat kita makan aja wkwkwk

Kami sudah berkumpul melingkar di depan nasi yang disebar merata. Tidak lupa tempe goreng lapis tepung, ikan asin "bulu ayam" yang dibumbui kering dengan bawang dan cabe, juga sayur sop lengkap dengan bakso menemani makan kami waktu itu. Subhanallah.. nikmatnya..

Disela-sela makan, kita masih sempat-sempatnya bergurau. Hampir saja tersedak karena menahan tawa. Untuk menghindari itu semua, ute hanya menyimak saja gurauan mereka sambil sesekali tersenyum simpul agar udara dari luar tidak ikut bersama makanan yang sedang ute cerna.

Nasi dan lauk yang telah terlanjur disebar tadi ternyata tidak habis. Masih ada sekitar satu mangkuk besar campuran nasi dan lauknya. Hmm menyedihkan ya melihat makanan tersisa :'( 
Tanpa mengurangi rasa kebersamaan, ute ingin merubah cara kami menyusun menu. Mau tau seperti apa? kita lihat saja di cerita hari berikutnya :D

Nasi telah menjadi campuran tidak karuan. Untuk menghormatinya, kami menguburnya dalam tanah bersama lauk yang tidak termakan serta sisa potongan sayur. Maafkan kami yang tidak bersungguh-sungguh dalam menghabiskannya. Kami dengan sadar, mengetahui bahwa untuk menghasilkan sebutir nasi diperlukan waktu yang lama serta tidak sedikit keringat para petani yang menanamnya. Semoga dapat menjadi pelajaran untuk kita semua :)

Langit biru sore itu mulai digantikan oleh senja. Kami segera membereskan peralatan yang kami gunakan untuk aktivitas mengunyah sebelum gelap mulai menyerang. Anggota tim yang muslim segera menunaikan kewajibannya untuk mendirikan sholat. Sementara yang lain mulai membersihkan diri dengan sekedar berganti pakaian seadanya.

Malam mulai menyapa kami. Masing-masing dari kami telah berada dalam tenda. Ute berada dalam satu tenda dengan Kak Cecil. Kak Cecil telah menyiapkan sleeping bag untuk membungkus tubuhnya yang mulai kedinginan. Begitupun dengan ute.

" Kakak tidur sekarang ya te"
" Wih, iya kak?" ute juga ah"

Selang beberapa menit, kak cecil tertidur pulas. Padahal waktu itu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Ute masih belum bisa memejamkan mata. Hanya berusaha untuk meluruskan pinggang yang rasanya waktu itu telah menjadi bengkok dan remuk >,<

" Ute mau pake jaket atau sweeter ?"

Tiba-tiba ada seseorang yang berbicara dengan ute di luar tenda. Dan sepertinya itu Tian karena sebelumnya dia menawarkan pakaiannya mengetahui kalau jaket yang ute bawa basah dalam perjalanan menuju alun-alun Surken.

"Sweeter aja Yan"

Dengan meminjam sweeter Tian, hawa dingin sedikit teratasi. Ah terimakasih Tian. Setidaknya ute bisa sedikit nyaman untuk beristirahat.

Hari Minggu, 23 Juli 2017

Sebetulnya, waktu itu ute hanya "tidur ayam" atau tidak sepenuhnya tertidur. Entah pukul berapa namun menurut kak cecil sih waktu itu sekitar pukul 24.00 WIB, ada 2 orang yang memanggil nama salah satu dari tim kami.

"Coon.."

Bang Mamat menyahuti lalu mengarahkan senter ke asal suara.

"Woy il.. "

Teman ute, Ismail dan Mas Den akhirnya tiba di alun-alun Surken sekitar pukul dua belas malam. Ute yang belum sepenuhnya tidur hanya bersyukur akhirnya tim kami lengkap dalam keadaan sehat walafiat. Alhamdulillah.

Sebelumnya, kami memasang fly sheet diantara tenda kak cecil dan econ. "Ruangan" tersebut kami fungsikan sebagai "dapur umum". Dan kalian tahu tidak? pada saat ute bangun sekitar pukul 05.00 WIB, ute kaget. Whoo ada tikus di gunung! Panci dan wajan berserakan dimana-mana, beberapa bahan makanan pun raib -__-

Hmm.. ternyata benar ada tikus-tikus malam wkwkwkwk.. (itu kata kak cecil >,<)

Fly sheet yang dipasang begitu rendah sehingga ketika ute duduk pun, kepala ute masih menyentuh "atap" fly sheet. Atap dapur kami basah hasil dari serangan hawa dingin tadi malam. Matras dalam kondisi basah pun tidak ketinggalan hadir sebagai saksi bisu. Untung saja pada saat sebelum tidur, kak cecil membungkus sepatu kami dengan trash bag.

"Ute.. minta yg hangat-hangaat doong" (waktu itu Tian sudah terbangun)

"Sebentar, beres-beres dulu. Lihat! ada tikus-tikus malam.. wkwkwk"
" Hahaha iya, itu sisa-sisa tadi malam menyambut kedatangan Mail dan Mas Den" seru Tian

Ute masih sibuk membereskan dapur. Sementara itu, ute juga masih sempat-sempatnya meledek Econ yang katanya berencana untuk summit attack pada pukul 04.00 WIB.

"Ecooon.. bangun! katanya mau summit? udah jam 04.00 nih?" (waktu itu pukul 05.30)
" hhhhhhh...zzzzzzz" hanya itu yang terdengar dari dalam tenda.

Ah dasar kalian! bikin gemash  saja. Ah iya.. Tian sudah menyerahkan cangkirnya. Sementara ute masih belum berniat merebus air. Kasihan :'( untung saja Opik dan yang lain mulai terbangun dari tidurnya. Lalu Opik berinisiatif untuk merebus air.

"Te, tolong bukain tutup dandangnya" Sahut Opik
"Buat apa?" Ute menimpali sambil membuka tutup dandang yang berisi nasi tersebut
"Gk apa-apa, mumpung bisa nyuruh aja"
"-___-" Heu.. Opiiik!

Nasi sudah matang. Namun lucunya, air yang tadi dimasak belum juga mendidih. Hahaha entah kenapa. Mungkin saking dinginnya ya.. "hayoo lupa pelajaran fisikanya" -__-"

Kak Cecil sudah bangun! Yeay! akhirnya sang koki bangun.

"ini tempenya mau diapain?"
"ah kak, dibuat orek aja kak, ute bawa kecap!" ute menimpali dengan semangat. Membayangkan bisa makan orek tempe di ketinggian :D

Tanpa mengeluarkan tubuhnya dari tenda, kak cecil mulai memotong tempe untuk diolah menjadi orek tempe. Sementara itu, ute memotong wortel dan menyisir jagung untuk dijadikan bakwan. Opik masih saja meminta ute untuk membuka tutup dandang -__- . Ternyata tujuannya adalah untuk mendapatkan uap panas. Namun sayangnya, ute sudah jera wkwkwk..!

Alas makan kami yang disponsori oleh garuda sudah siap. Ute membawa nasi beserta mangkok kecil sebagai cetakan nasi. Ute hanya tidak ingin membuang makanan seperti sebelumnya. Setidaknya dengan "dijatah" seperti ini, orang-orang bisa bertanggung jawab terhadap makanannya sendiri. Sungguh ini bukan bermaksud mengurangi kebersamaan kami makan. Karena ternyata ada yang lebih krusial dibanding kebersamaan itu sendiri. Toh kami makan masih dengan alas yang sama dan bersama-sama :)

Menu sarapan kami lebih lengkap dibandingkan dengan menu yang sebelumnya. Tepat dihadapan kami ada nasi yang dicetak mangkuk, sosis goreng, tumis kangkung, ikan asin yang dibumbui bawang goreng kering, bakwan jagung, orek tempe juga ikan goreng! wohoooo

"Wiih ini sih, naik gunung untuk perbaikan gizi" Bang Mamat berkomentar

"Hahaha iya, gue di bawah malah makan sama indomie" hampir semua dari kami mengamini kalimat ini :')

Orang yang pertama selesai menghabiskan "jatahnya" adalah Bang Yandra

"Te, nih gue udah bertanggungjawab menghabiskan makanan gue"
"Wih, sip bang!" Ayo, yang lain juga habiskan!
" Gue juga udah nih" sahut Bang Mamat dan Tian

Dari semua itu, hanya tersisa satu jatah nasi karena bang Luken sepertinya sedang tidak ingin sarapan. Akhirnya nasi beserta lauknya  yang masih utuh dimasukkan kedalam wadah yang nantinya menjadi bekal untuk tim Pangrango. Ah syukurlah.. setidaknya dengan begini, tidak ada makanan yang terbuang sia-sia. Alhamdulillah...

Waktu itu kami menyantap sarapan sekitar pukul 09.00 WIB. Sedangkan sebelumnya kami berencana untuk mulai summit attack pada pukul 10.00 sehingga kami harus bersiap-siap. Satu persatu dari kami mulai membereskan dapur dan dengan bersedih hati harus membongkar dapur umum kami. Lalu tenda-tenda pun dikemas dan dimasukkan kedalam keril si keong (Read: bawa rumahnya sendiri :D). Tidak lupa juga, ritual untuk mengubur sisa makanan dan sampah organik tetap dilakukan. Bang mamat menggali lubang sedalam 20 cm untuk mengubur sampah organik yang kami hasilkan.

Nah, kalian juga jangan lupa mengubur sampah organik kalian ya kalau lagi main ke gunung. Selain tidak perlu membawa ke bawah juga supaya lebih cepat terurai. Untuk sampah anorganik seperti plastik kalian WAJIB membawanya turun! oke oke.. suka sedih ih rasanya melihat sampah berserakan dimana-mana. Hiks :'(

Selagi kami berkemas, ada yang menyapa kami

"kak, masih ada sisa gas?"
"oh ada kak, ini ini.." bang mamat dengan senang hati memberikan sisa gas logistik kami
"Wah terimakasih kak, semoga selamat sampai tujuan ya kak"
"Iya.. sama-sama.. terimakasih doanya" kami menimpali

Sebelumnya juga, ada yang meminta barter beras dengan sarden

"kak, ada sisa beras? boleh kami barter dengan sarden?" seorang laki-laki dengan perawakan tinggi besar mengunjungi dapur kami
" oh ada kak, sebentar. tadi dimana ya?"
"Disimpan dimana te? duh ute lupa. ah ini dia. Ini kak..."
"Ini sardennya kak.." laki-laki tersebut seperti sungkan menerima beras yang sebetulnya tinggal segenggam itu
"Oh ndak usah kak.. silakan silakan"
"Wah terimakasih banyak ya kakak-kakak"
"Iya, sama-sama..."

Hmm.. barakallah. Bahagia sekali rasanya. Stok logistik kami yang boleh dibilang berlebih juga dapat dinikmati oleh tim lain. Berbagi itu sangat indah ya kawan?!

Pukul 10.11 WIB kami memulai perjalanan kami untuk mencapai puncak Gede 2958 mdpl. Pada saat ini kami sudah terbagi kedalam 2 tim. Yaitu tim Pangrango dan tim pulang. Tim Pangrango ada bang mamat, tian, econ, bang yandra, bang luken, dan opik yang nantinya akan melanjutkan perjalanannya menuju puncak Pangrango. Sedangkan tim pulang ada Kak cecil, ute, mail, kiki dan Mas Den yang langsung akan turun setelah mencapai puncak Gede (Be Cont'd)

Thursday, 27 July 2017

Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Gede Pangrango Via Putri (Part 2)

Cont'd.....

Hari Sabtu, 22 Juli 2017

Basecamp tempat kami menginap berada tidak jauh dari pos awal pendakian Putri. Di tempat tersebut, kami mengemas ulang barang bawaan di keril masing-masing. Dengan tujuan untuk membagi beban untuk membawa logistik tim seperti gas, beras, mie, sayuran dll. Setelah itu, kak Cecil selaku ketua tim memberi informasi mengenai rencana pendakian yang akan dilakukan. Lalu kami beristirahat untuk menyiapkan stamina di pagi hari.

Suhu udara waktu itu begitu dingin. Sangat sulit untuk memejamkan mata. Kaos kaki sudah terpasang. Begitu pun dengan tangan sudah terbungkus sarung tangan. Namun tetap saja hawa dingin masih menembus tulang. Entah menit ke berapa akhirnya ute tertidur. 

Sekitar pukul 04.00 WIB ute terbangun. Lalu duduk bersila dengan harapan bisa menahan dinginnya udara pagi itu. Waktu itu, bang Luken dan Opik tidak berada di ruangan, ternyata mereka berdua sedang menikmati segelas teh hangat dan menunggu sepiring nasi dengan telur dadar. Pada saat itu, ute belum mengetahui bahwa mereka bersaudara.. S.A.L.U.T.E! satu kata untuk bang Luken dan Opik. Mereka sangat kompak dan begitu "manis" bagi siapapun yang melihatnya hihi..

Oh iya.. kalian tahu tidak.. ternyata hampir semua yang sarapan di base camp mendapatkan telur dadar dengan rasa yang sama. ASIN! hahaha.. Namun hebatnya, tidak ada satupun yang mengeluh atau mengomentari telur dadar asin tersebut demi menghormati si penjual.. Pelajaran yg sangat berharga ya kawan!

Matahari mulai terbit. Satu per satu dari tim ute akhirnya terbangun. Hawa dingin tetap setia menemani pagi kami di basecamp. Di antara mereka ada yang sibuk membersihkan diri, sholat, sarapan atau sekedar bercanda gurau dengan tim lain.

Sekitar pukul 07.00 WIB kami berkumpul di depan basecamp untuk bersiap-siap melakukan pendakian. Dengan arahan dari ketua tim, kami berdoa untuk pendakian kali ini.
Oh iya, saat ini kami ditemani oleh Bang Kampak. Beliau adalah "green ranger" nya para pendaki. Perlu kalian ketahui bahwa Bang Kampak tidak suka berubah...whehehe.. Berkat perantara beliau, kami bisa mendaki gn. Gede ^^

Kami berjalan menuju pos awal pendakian. Tepatnya pos pendaftaran untuk menunjukkan SIMAKSI (surat izin memasuki kawasan konservasi). Pada pos ini diberitahukan himbauan dan larangan selama kita mendaki agar kawasan Gn. Gede tetap terjaga.

Saat kami tiba di pos pendaftaran, ada grup lain yang masih di "briefing" oleh panitia. Kami hanya duduk sambil mendengarkan dan sesekali mengatur nafas. Maklum.. dari basecamp ke pos pendaftaran, kami sudah disuguhi jalan yang terus menanjak. Pemanasan ceritanya hahaha...

Lalu, tibalah giliran kami untuk mendengarkan segala wejangan dari panitia. Kami bersiap untuk berbaris. Namun ternyata kami hanya dipersilakan untuk memulai pendakian. Kami saling menatap heran... >,< whooooo SUGOI! efek Bang Kampak ada di samping kami...wkwkwk

Waktu itu menunjukkan pukul 07.19 WIB. Kami mulai melangkahkan kaki kami di jalur pendakian. Di kiri dan kanan jalur pendakian nampak tanaman sayur seperti daun bawang, labu siam dan kubis (sekitar 1 km pertama dari pos pendaftaran). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, kami mulai memasuki hutan dimana tanaman mulai digantikan oleh pepohonan dan semak.
Udara segar memanjakan kami yang mulai "kewalahan" mengatur nafas. Ah.. ute hanya bersyukur saat itu. Lebih baik nafas tersengal karena tanjakan di jalur pendakian dibandingkan dengan asap knalpot di jalanan Ibu Kota.

Perjalanan untuk menuju Alun-alun Surya Kencana memakan waktu kurang lebih 8 jam. Dengan catatan dalam tim ute ada yang jalannya mirip keong :') (read: me). hahaha gpp lah yaa.. yang penting terus melangkah.. aseek!

Sepanjang jalur pendakian, jarang sekali ditemukan BONUS!! whoooo nanjak terus gan! Sekitar pukul 14.00 kita berada di pos Simpang Maleber. Butuh waktu sekitar 30 menit dari pos tersebut untuk menginjakkan kaki di Alun-alun Surya Kencana. Jalur pendakian mulai landai. Di kiri dan kanan jalur dihiasi dengan pepohonan yang dipenuhi lumut. Hihihi cantik pokoknya.....

Oh iya, sebelum kita sampai di pos Simpang Maleber, ada satu moment yang baru pertama ute lihat dengan jelas. Kabut mulai terlihat naik seolah-olah mengejar para pendaki yang sedang merayap-rayap di jalur pendakian yang terjal. Ute waktu itu bersama Tian dan Kiki. Hanya melongo melihat peristiwa alam tersebut.  Sedangkan para senior segera menginstruksikan kami untuk segera bergegas. Hahaha Lol ketauan kan mana pendaki pro dan newbie.. jadi malu...

Sebagai informasi, peristiwa kabut yang naik ke permukaan bisa menurunkan suhu lingkungan secara drastis. Jadi sangat disarankan untuk segera bergegas menuju tempat yang lebih tinggi. Dan biasanya juga disertai dengan "hujan kabut" yaitu peristiwa turunnya air hujan dari kabut yang naik tadi (hujannya seperti terjatuh dari atas pohon). Jika dirasa tidak terlalu deras, kalian tidak perlu memakai raincoat.

Sekitar pukul 15.00 WIB akhirnya kami sampai di Alun-alun Surya Kencana. Pada waktu itu, orang yang pertama ute temui adalah Econ. Econ ternyata sengaja menunggu kami supaya tidak tersesat mencari tenda yang sudah didirikan oleh Bang Mamat. Whooo.. fyi nih bang Mamat adalah seorang pendaki yang sepatunya sudah dilengkapi dengan pengaturan kecepatan wkwkwkwk.. Bang Mamat sudah berada di Alun-alun dari pukul 13.30 WIB! GOKIL!

"Yuk, jalan lagi. kita menuju tenda"
"Kira-kira berapa lama bang?"
"Yaa.. sekitar 40 menitan lah"

Whooo... jauh juga yaa.. Bagaimana tidak jauh..luas alun-alun surya kencana bisa disandingkan dengan 3 kali luasnya lapangan sepak bola! Terhampar luas dengan bunga edelweiss yang bergerumun dimana-mana. Indah! Subhanallah :')

Kami mendirikan tenda dekat dengan aliran air yang saat itu kering tapi cukup dekat dengan sumber air utama. Nampak di depan tenda, jerigen yang sudah terisi penuh dan nasi hangat di dandang. Hal yang membuktikan bahwa bang Mamat benar-benar telah sampai di tempat ini jauh-jauh sebelum kami datang hahaha......

Tuesday, 25 July 2017

Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Gede Pangrango Via Putri (Part 1)

Hallo, apa kabar mina-san?

Ute harap semuanya dalam keadaan baik. Baik yang sedang sehat maupun sedang dalam kondisi sakit tetap baik-baik ya, harus tetap bersyukur ^^

Hmm hari ini, 26 Juli 2017 setelah rehat 2 hari dari kantor akhirnya ute kembali >,< . Bukan tanpa alasan sih ute bolos kerja. Mau tau alasannya apa? ute baru nanjak gn. Gede dari tanggal 21-24 Juli 2017. Whohohooo.. pegelnya minta angpau boss ^^v 

Sebelum pikiran ute dipenuhi dengan hal-hal lain, ute ingin menuliskan catatan perjalanan ke Gunung Gede melalui post kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk teman-teman yang sedang blogwalking tentang pendakian ke gunung gede via Putri ya... Silakan disimak!

Hari Jumat, 21 Juli 2017

Hari itu, ute masih berada di kantor. Pikiran sudah melayang-layang membayangkan pendakian yang akan ute lakukan pada hari Sabtu 22 Juli 2017. Sisa pekerjaan yang harus diselesaikan ute habiskan dengan segera dengan harapan bisa izin pulang lebih cepat. 

Surat izin sudah ada di kantong. Ute bergegas meninggalkan kantor untuk menuju kosan untuk menyiapkan segala kebutuhan. Waktu terus berjalan. Jam di hp sudah menunjukkan pukul 15.40 WIB lalu ute segera memesan ojek online menuju stasiun Jakarta Kota. 

Dengan menggunakan moda transportasi KRL ute ke stasiun Pasar Minggu untuk kemudian menuju terminal Kampung Rambutan. Segala persiapan sudah dilakukan dengan secepat mungkin. Namun takdir yang berkata lain #wheleh KRL menuju Bogor tersebut tak kunjung bergerak. Sangat malas! fufufu........ Terhitung sekitar 30 menit ute menunggu akhirnya kereta yang ute tumpangi bergerak meninggalkan rel tempatnya bertengger. 

Tiba di stasiun Pasar Minggu sekitar pukul 17.20 WIB. Jelas sekali ute terlambat. Ute mengingkari janji yang ute tetapkan sendiri. Duh maafkan ute, teman!

Oh iya, ute berangkat bersama teman ute yang bernama Tian. Tian sudah ada di lokasi tepat pukul 17.00 WIB seperti yang disepakati sebelumnya. Tian adalah teman ute yang belum pernah bertemu sebelumnya. Hehehe lucu ya, berbekal saling percaya kita memutuskan untuk mendaki bersama #asikkan hahaha........eh btw kok ute merasa seperti kembali ke zaman yang lalu ya.. macam sahabat pena gitu wkwkwk.. 

Di depan mesjid Nurul Amanah, kita akhirnya bertemu untuk yang pertama kali hahaha.. LoL.... tapi karena sudah pernah melihat fotonya jadi langsung "ngeh" sih kalo itu Tian. Singkat cerita, kita menuju tempat parkir bis Marita. Bis 3/4 yang akan mengantarkan kita menuju Cibodas sekitar pukul 18.30 WIB.

" Aku mau minum antimo dulu ya ute" 
" Heh? minum antimo? "
"Iyaa.. hahaha aku gk tahan kalo naik bis gini"
"serius?"
"Iya, serius."
" -__-"

20 Menit kemudian, hening. Teman ute sudah tidur. Sedangkan ute masih melihat-lihat pemandangan dan orang-orang yang mencari nafkah di sepanjang jalur Ciawi-Puncak. Hebat. Manusia-manusia kuat!

Sebenarnya mata ini sudah lelah namun pikiran masih terlalu sibuk memerintahkan tubuh untuk beristirahat. Namun akhirnya, ute pun terlelap. Di daerah Telaga Warna, ute dibangunkan oleh Tian karena dari telaga tersebut, pertigaan Cibodas sudah dekat. Sekitar 20 menit kemudian, ute sampai di pertigaan Cibodas. tempat mepo (meeting point) dengan teman-teman yang lain. 

Oh iya, pada pendakian kali ini ute bergabung dengan tim Backpacker Bogor (BcB). Jujur saja, tidak ada satupun yang ute kenal.

" Ute bukan? temannya Ismail?" (seorang perempuan yang kelihatannya sudah sangat profesional dalam dunia pendakian----> nanti diketahui namanya Kak Cecil >,<)
"Bukan." (ute menjawab sekenanya. padahal pertanyaan tersebut belum sepenuhnya ute dengar dan pahami. Ute hanya yakin bahwa itu bukan tim pendakian yang ute ikuti)

Tian: "Eh yakin te bukan mereka?"
Ute: Bukan. Itu mah udah pro semua 
Tian: "oooh.."

Lalu.. ute dan tian memulai percakapan kembali tentang segala hal. Sekitar 1 jam kemudian, salah satu dari mereka menghampiri kami lagi

"Ini temannya Ismail, bukan?" tanya bang Yandra
"Iya, " (kali ini ute sedang dalam kondisi sadar penuh)
"Hahaha.. lah kan bener"
"hehehe..." (tersipu malu wakkakakaka)
"huu dasar! makanya orang ngomong, dengerin dulu" serbu Tian
"Iya-iya.. maap maap, efek bus leg. Heu" 

Waw.. tim pendakian yang ute ikuti ternyata sudah pro semua. Hanya Ute, Tian dan Kiki yang masih newbie dalam dunia pendakian. Kami berjumlah 9 orang. Ada bang Mamat, Opik dan bang Luken, bang Yandra, Kiki, Kak Cecil, Eric, Ute dan Tian. 
" Te, temenmu loh gk jadi ikut malam ini" Kak Cecil memberitahukan informasi bahwa mail tidak jadi ikut mendaki karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.
" Hah? iya kak? wah wah teman macam apa? Awas aja kalo bertemu ute!" 

Malam semakin larut, sebagian dari tim kami memutuskan untuk menuju Basecamp Cibodas untuk memarkirkan motor dan sekaligus mencari sewa angkot untuk mengantarkan kami ke Pos Gn. Putri. Sedangkan ute, tian, bang mamat dan bang luken menunggu di depan Alfamart Cibodas. Sekitar 30 menitan, mereka kembali dengan menggunakan angkot sewaan untuk ke gn. Putri.

Perjalanan dari Cibodas ke Gn. Putri memakan waktu kurang lebih 40 menit dengan medan yang cukup terjal. Akhirnya, sekitar pukul setengah 2 ute dan tim tiba di lokasi Basecamp gn. Putri. Oh iya.. yang ute sebut basecamp sebetulnya adalah rumah warga yang biasanya disewakan untuk menginap para pendaki. Biasanya kami hanya membayar Rp. 10.000 / orang. Jangan membayangkan kamar lengkap dengan tempat tidur dan selimut ya. Para pendaki pasti sudah hafal betul bagaimana gambaran basecamp. Yg belum tahu, ute kasih tau ya.. basecamp biasanya berupa ruangan yang cukup luas. Ada karpet dan barang-barang yang lain (seperti tv, lemari, colokan dll). Tepatnya sih seperti ruangan yang sengaja "dikosongkan" ketika ada pendaki yang menyewa. Masalah makanan jangan khawatir. Biasanya sang pemilik rumah juga berjualan kopi, teh manis atau sekedar nasi dengan telur dadar. hmm yummeeh! ^^ (Be Cont'd)



Monday, 17 July 2017

Daftar Perlengkapan Untuk Pendaki Wanita Pemula

Selamat pagi Mina-San


Tulisan kali ini, ute akan berbagi tentang daftar perlengkapan yang harus dibawa oleh kalian-kalian pendaki wanita pemula. Pada dasarnya perlengkapan pendaki laki-laki dengan pendaki wanita tidak jauh berbeda. Namun, tentu ada perlengkapan pembeda diantara keduanya. Nah, apa saja sih perlengkapan untuk pendaki wanita? 

Daftar Perlengkapan Pendaki Wanita

1. Keril / Carrier / Tas Gunung
Sumber: www.shop.mountainspirit.it


Untuk para pendaki wanita, pemilihan keril atau tas gunung untuk mendaki harus disesuaikan dengan postur tubuh kalian. Untuk pendaki yang mungil-mungil (berat badan <50 kg) kalian bisa memilih keril dengan kapasitas tas antara 30-50 L. Kenapa? supaya dalam perjalanan tetap nyaman. Jika memang banyak peralatan yang harus dibawa, kalian bisa mengaturnya dalam seni menata keril sebelum naik gunung :p atau ngasih kode ke teman cowok kalian hahaha >,< (jangan ya, kasian juga)

2. Jaket
Sumber: www.tnfjacketmalls.com
Jaket merupakan pakaian wajib untuk semua pendaki. Kecuali bagi mereka yang sudah terbiasa dengan cuaca dingin seperti masyarakat yang tinggal di daerah dingin. Namun tetap saja, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, apa salahnya kita sediakan. Lagipula biar hangat juga kan? Nah, jaket yang dipilih untuk mendaki, bukan jaket sembarang jaket ya kawan. Jaket khusus untuk mendaki biasanya sudah dilengkapi dengan fitur waterproof, windbreaker, bahkan Baperproof :') . 
Warna jaket yang dipilih bisa disesuaikan dengan warna favorit kalian. Namun, ute sarankan kalian memilih jaket dengan warna yang terang. Kenapa? Jika kalian tersesat, akan mudah ditemukan. Alih-alih memilih jaket dengan motif loreng hiiiii ntar nyaru sama tumbuhan bahkan harimau...aummm... serem kan yaa..

3. Sepatu Gunung/ Sandal Gunung
Sumber: www.eigershop.com
 Kegiatan utama dalam pendakian berpusat pada kaki kalian gengs. Jadi harus safety banget yaa.. Caranya? pakailah sepatu gunung dengan ukuran yang pas. Jangan terlalu besar atau terlalu kecil. Sepatu gunung berbeda dengan sepatu sport biasa ya kawan. Fitur sepatu gunung biasanya sudah waterproof, ditambah sol sepatu yang dapat "mengikat" tanah. Pilih sepatu gunung yang melebihi mata kaki ya. Pengalaman ute nih, waktu tahun 2013 mendaki gunung Slamet, ute memakai sepatu sport (di bawah mata kaki), hampir saja ute keseleo pas turun. Hmm kebayangkan repotnya kalian ketika organ tumpuan utama kalian untuk melangkah tersakiti :'( . Bukan hanya kalian yang repot loh, teman satu tim juga. Semenjak itu, ute sisihkan uang untuk membeli sepatu gunung agar kejadian-kejadian yang masih bisa dicegah tersebut tidak terjadi.

4. Sleeping Bag + Matras
Sumber: www.yourmomhatesthis.com - SB tikar
Suhu di gunung sangat rendah. Dari pengalaman ute nanjak, bisa mencapai suhu di bawah 10 oC.
Apalagi jika malam hari, biasanya angin berhembus cukup kencang. Wusss... untuk itu, jangan lupakan peralatan satu ini ya gengs. Sleeping bag bermacam-macam bentuknya. Yang paling dasar adalah sleeping bag tikar dan kepompong :') . Versi ute ya, wkwk.. sleeping bag tikar biasanya pada bagian pinggir sleeping bag terdapat resleting yang dapat dibuka, sehingga SB tersebut dapat juga berfungsi sebagai tikar atau alas duduk. Lain halnya dengan SB kepompong yang sudah paten membentuk kepompong. Kalau ute sih memilih SB tikar, supaya tetap bisa dipakai buat selimut kalau di rumah. hehehe......

Matras juga jangan lupa ya.. untuk alas tidur! Permukaan tanah di gunung tidak rata. Ini salah satu alasannya kalian harus membawa matras. Oke?

5. Jas Hujan/ Ponco

Jas hujan merupakan salah satu perlengkapan wajib loh kengkawan! Jangan dipandang sebelah mata ya. Masalahnya adalah kita berkunjung ke alam bebas. Segala hal bisa terjadi diluar dugaan, misalnya hujan. Hohoho mau BMKG bilang cuaca akan cerah pun, kalian harus tetap membawa perlenagkapan ini ya girls.

Sahabat pendaki bisa memilih warna ponco sesuai dengan warna kesukaan kalian. Namun sekali lagi, ute sarankan pilih dengan warna yang cerah. Oke oke? Tahu kenapa? Baca lagi di atas ya :p

Oh iya, ponco ini memiliki bentuk yang beracam-macam. Untuk kalian yang tidak ingin "ribet" ketika memakainya, kalian bisa memilih ponco di bawah ini :
Sumber: www.openair.co.uk
Ponco yang simple memang sangat mudah dalam pemakaiannya. Namun dalam segi perlindungannya kurang maksimal. Kalian bisa memilih jenis ponco yang lain. Ponco jenis ini berupa baju lengkap dengan celananya.
Sumber: www.aliexpress.com
6. Headlamp/ Lampu Kepala + Baterai Cadangan

Perlengkapan headlamp dapat disesuaikan dengan plan pendakian kalian. Jika tim kalian merencanakan pendakian siang hari dan "tektok" atau sekali jalan lalu kembali turun maka perlengkapan satu ini tidak perlu dibawa. Namun jika pendakian dilakukan berhari-hari dan bermalam, ute sarankan untuk membawa headlamp. Kenapa tidak senter? well, selama proses pendakian jika terus memegang senter akan sangat merepotkan. Medan pendakian tak jarang sangat curam yang mengharuskan kalian memegang akar atau batu yang ada dihadapan kalian. Jadi tidak terbayangkan kalau kalian juga harus memegang senter?
Sumber: www.bobwards.com


7. Kaos Kaki dan Sarung Tangan

Cuaca gunung yang relatif selalu dingin, mengharuskan kalian untuk membawa kaos kaki dan sarung tangan. Bawa cadangan juga ya, karena kita tidak akan mengetahui apakah akan turun hujan atau tidak. Bisa saja kaos kaki kita basah atau sarung tangan kita terkena air pada saat memasak misalnya. 
Sumber: soa.sys-con.com
Sumber: www.sportisime.com

8. P3K Pribadi

Nah P3K pribadi ini menyesuaikan dengan riwayat kesehatan yang kalian miliki ya. Misalnya yang punya alergi, bisa membawa obat allergi. Atau yang paling sederhana, yang mudah terkena masuk angin, kalian bisa membawa minyak kayu putih atau minuman anti masuk angin.

Oh iya, jangan lupa membawa pembalut yaa girls.. kita tidak pernah tahu kapan akan datang bulan. Buat jaga-jaga juga. Untuk teman-teman yang biasanya "sumilang" atau sakit pada saat haid, kalian harus antisipasi dengan membawa obat anti nyeri haid ya. Karena aktivitas pendakian harus tetap dilanjutkan tidak bisa menunggu kalian sampai benar-benar pulih. Ute tidak melarang kalian untuk beristirahat loh yaa, tapi tidak lama-lama :)

Dan.. tips ute (berdasarkan pengalaman pribadi), jangan mencuci pembalut di gunung ya! Selain mitos-mitos hal gaib juga secara logika hewan-hewan buas biasanya memiliki indera penciuman yang tajam. Hiy seremkan?!
Jadi cukup kalian lipat kemudian dibungkus dengan plastik berlapis lapis. Kalian simpan di keril bagian paling bawah atau disatukan dengan cucian kotor. Oke-oke......

9. Cemilan

Cemilan selama pendakian bisa kalian baca Sumber Energi Selama Mendaki

10. Peralatan Makan dan Minum
11. Kartu Identitas dan Persyaratan SIMAKSI
12. Uang Secukupnya
13. Buku Catatan dan alat tulis
14. Power Bank

15. Trash Bag dan Keresek

Nah, perlengkapan yang terakhir wajib pake banget untuk kalian bawa!  Bawa turun sampah kalian! Oke oke!
                               "Take nothing but memories
Leave nothing but footprints"

Sementara itu ya, perlengkapan untuk pendaki wanita pemula versi ute. Jika ada yang mau menambahkan silakan :) .. Oh iya.. bolehlah kita nge-trip bareng gitu, yuks yuks?!



Salam Lestari!


Thursday, 6 July 2017

Sumber Energi Selama Mendaki

Hallo semua


Bagaimana kabarnya? Sudah lama ya, ute tidak memposting pattern amigurumi. Hehehe.. galau mulu yang ada ckckck. Ada tidak yang menduga apa hobi ute yang sebenarnya? bukan merajut looh >,< (*itu mah pekerjaan wkwkwk) 
Hmm.. mungkin bagi teman-teman disini ada yang menebak hobi ute membaca buku? ow ow jelas bukan, soalnya bagi ute itu kewajiban #aseek #gayamutee padahal..... atau memasak? juga bukan. Lalu apa yaa? hobi ute sebenarnya adalah mendaki! yeaaay mendaki bagi ute adalah sebuah hobi yang mengajarkan kita untuk tetap menunduk meski sudah mencapai puncak. Kenapa memilih hobi ini? karena jujur saja, dalam diri ute selalu ada rasa berbangga diri, sombong, angkuh, takabur dan penyakit hati lainnya. Astaghfirullahaladzim..
Naah.. ngomong-ngomong soal mendaki, ute mau share pengalaman tentang sumber energi apa aja sih yang ute konsumsi selama mendaki. Check it out!

1. Madu
sumber: pinterest

2. Gula aren

sumber: www.rovinginsight.com


3. Cha cha

sumber: www.metroniaga.co.id





4. Choki-Choki
sumber: Choki-choki



5. Manisan Agar-agar
sumber: resepmanisan.blogspot.com


Nah, kelima cemilan di atas cukup ampuh loh untuk memasok energi yang dibutuhkan selama mendaki. Hahaha jangan tanya nasi padang boleh apa tidak ya.. masalahnya belum ada warung nasi padang di gunung >,<

Kelima cemilan tersebut sangat mudah untuk dikonsumsi selama perjalanan, bisa disimpan disaku tas, baju atau celana kalian. Ute sih biasanya membungkusnya dengan plastik lalu ute taliin di tas.. Tidak terbayang kan jika yang kalian konsumsi adalah nasi padang atau ayam bakar whehehe...sementara dicukupkan sampai disini.. 

Salam Lestari


Monday, 3 July 2017

Tetap Berusaha dan Berdoa

Yakinlah, bahwa untuk menjadi setetes embun saja harus melalui serangkaian usaha yang panjang. Apalagi kita, seorang manusia yang dilengkapi dengan akal dan pikiran tentu perlu berusaha dan berdoa. Agar hidup bukan hanya sekedar hidup tetapi membuat kehidupan sebagai seorang manusia.

Jakarta Utara, 4 Juli 2017


HATI-HATI MODUS PENIPUAN BURUNG BEO !

 Kamis, 5/7/2019, ute kena tipu sama sekomplotan penipu dengan modus BURUNG BEO GAESS ! Perasaannya campur aduk gitu sih ya. Antara gak nya...